Senin, 28 Maret 2011

KTI PERTEMUAN 4 MS ACCESS


MS ACCESS
Microsoft Access (atau Microsoft Office Access) adalah sebuah program aplikasi basis data komputer relasional yang ditujukan untuk kalangan rumahan dan perusahaan kecil hingga menengah. Aplikasi ini merupakan anggota dari beberapa aplikasi Microsoft Office, selain tentunya Microsoft Word, Microsoft Excel, dan Microsoft PowerPoint. Aplikasi ini menggunakan mesin basis data Microsoft Jet Database Engine, dan juga menggunakan tampilan grafis yang intuitif sehingga memudahkan pengguna.
Microsoft Access dapat menggunakan data yang disimpan di dalam format Microsoft Access, Microsoft Jet Database Engine, Microsoft SQL Server, Oracle Database, atau semua kontainer basis data yang mendukung standar ODBC. Para pengguna/programmer yang mahir dapat menggunakannya untuk mengembangkan perangkat lunak aplikasi yang kompleks, sementara para programmer yang kurang mahir dapat menggunakannya untuk mengembangkan perangkat lunak aplikasi yang sederhana. Access juga mendukung teknik-teknik pemrograman berorientasi objek, tetapi tidak dapat digolongkan ke dalam perangkat bantu pemrograman berorientasi objek.

LANGKAH PEMBUATAN
Disini saya akan menjelaskan mengenai pembuatan database sederhana menggunakan ms Accsess yang dimana data-data yang digunakan adalah data timnas sepakbola Indonesia. Hal yang pertama kali dilakukan adalah membuka Ms Access, Ms Access yang digunakan adalah Ms Access 2007. Kemudian Pilih “New Blank Database” pada bagian atas tampilan ms Access. Selanjutnya Isi File Name database sesuai dengan yang kita inginkan contoh “Timnas Indonesia” kemudian filih save location dan klik “create”.Setelah mengklik “create” kita akan langsung menuju ke tampilan kerja ms Acces, Langkah pertama dalam membuat data base adalah kita harus membuat tabel data terlebih dahulu caranya dalah klik button design view pada bagian kiri atas kemudian akan muncul jendela dialog untuk nama tabel yang kita inginkan, jika sudah klik ok. Langkah selanjutnya adalah mengisi tabeldengan data. Jika kita lihat pada field pertama terdapat icon kunci kecil, icon itu adalah primary key yang digunakan untuk nomor ID atau karakter unik lainnya yang dapat membedakan antara satu personal dengan personal lainnya.
Pada ms Acces terdapat banyak type data yang bisa kita gunakan contohnya seperti text, number dsb.Kita dapat menambahkan field baru dengan cara mengklik kembali button view pada bagian kiri atas pilih menu data sheet kemudian klik “new field”

Ini Table dalam tampilan “Design View”

MEMBUAT QUERY
Setelah kita membuat tabel selanjutnya kita akan membuat Query , Query digunakan untuk memanipulasi data. Untuk membuat Query adalah dengan cara klik menu Create kemudian pilih “Query wizard”. Kemudian akan muncul tampilan query wizard beserta opsi pilihan, klik pada pilihan paling atas yaitu “simple query wizard” klik ok. Kemudian akan muncul dua buah field yang bernama “Available field” dan “Selected field”.  “Available field” adalah field yang berisi data tael yang telah kita buat sebelumnya dan “Selected field” adalah field untuk memasukkan tabel yang ingin kita gnakan dalam query, untuk memasukkan data tabel dari  Available field ke Selected field adalah dengan cara blok data tabel yang kita inginkan kemudian kilik lambang > jika sudah klik next kemudian klik finish.Maka akan muncul tampilan seperti pada gambar di bawah.


MEMBUAT FORM
Form
Form digunakan untuk berinteraksi dengan data pada layar, agar data yang kita isikan pada tabel tadi terlihat pada form. Langkah-langkahnya :

1. Klik Create

2. Pilih More Forms

3. Pada Form Wizard, pindahkan Field-fieldnya, lalu next

4. Pilih layout form (layout dibawah menggunakan Columnar) klik next

5. Pilih gaya tampilan form (tampilan dibawah menggunakan gaya Flow) lalu next

6. Klik Finish
, maka akan muncul tampilan sebagai berikut :


MEMBUAT REPORT
Langkah-langkah dalam membuat report adalah sebagai berikut: -Buka Reports dalam Microsoft Access -Aktifkan jenis obek data reports dan klik dua kali pada “Create report by using wizard” - Klik tanda > untuk mengaktifkan seluruh field yang akan dilaporkan satu per satu atau klik tanda >> untuk semua field lalu akan masuk kotak kolom sebelah kanan. -Klik Next untuk langkah berikutnya, maka akan tampil tingkat pengelompokkan data. -Klik Next untuk langkah penyusunan data berdasarkan kriteria tertentu. - Klik Next untuk langkah berikutnya, pilih jenis layout yang terdiri dari columnar (bentuk kolom), tabular (bentuk tabel), dan justified (kombinasi keduanya). Untuk orientasi hasil cetak terdiri dari portrait untuk cetak biasa atau Landscape untuk cetak vertikal. Klik Next untuk ke langkah selanjutnya. Dalam hal ini kita gunakan jenis pilihan Corporate. -Klik Next untuk ke langkah selanjutnya, maka akan tampil jendela rekam laporan, tuliskan nama Report pada kotak isian “What title do you want for your report?” -Klik Finish dalam pilihan “Preview the report” untuk mengakhiri langkah. Secara otomatis data laporan yang kita buat tampil dengan sendirinya, maka kan menghasilkan tampilan sebagai berikut :


KTI PERTEMUAN 3 MS EXCEL

Microsoft Excel atau Microsoft Office Excel adalah sebuah program aplikasi lembar kerja spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft Corporation untuk sistem operasi Microsoft Windows dan Mac OS. Aplikasi ini memiliki fitur kalkulasi dan pembuatan grafik yang, dengan menggunakan strategi marketing Microsoft yang agresif, menjadikan Microsoft Excel sebagai salah satu program komputer yang populer digunakan di dalam komputer mikro hingga saat ini. Bahkan, saat ini program ini merupakan program spreadsheet paling banyak digunakan oleh banyak pihak, baik di platform PC berbasis Windows maupun platform Macintosh berbasis Mac OS, semenjak versi 5.0 diterbitkan pada tahun 1993. Aplikasi ini merupakan bagian dari Microsoft Office System, dan versi terakhir adalah versi Microsoft Office Excel 2007 yang diintegrasikan di dalam paket Microsoft Office System

Fungsi-fungsi Dalam Microsoft Excel

Dalam Microsoft Excel terdapat Fungsi yang sering digunakan antara lain :
1.    SUM              : digunakan untuk mencari jumlah isi data pada range tertentu
2.    AVERAGE  : digunakan untuk mencari nilai rata-rata dari suatu range
3.    MAX             : digunakan untuk mencari nilai tertinggi dari suatu range
4.    MIN              : digunakan untuk mencari nilai terendah dari suatu range
5.    COUNT        : digunakan untuk mencara banyaknya data dari satu range

fungsi vlookup, hlookup, dan lookup value


Fungsi vlookup merupakan fungsi bantuan references. Fungsi Vlookup dipakai untuk menghasilkan nilai pada tabel secara vertikal.
Penulisan :
=VLOOKUP(nama_baris;tabel;kolom_pencarian;range_lookup)
Fungsi Hlookup merupakan fungsi bantuan references. Fungsi Hlookup dipakai untuk menghasilkan nilai pada tabel secara horizontal.
Penulisan :
=HLOOKUP(nama_kolom;tabel;baris_pencarian;range_lookup)



Untuk menghitung jumlah hasil dari suatu data, maka kita gunakan rumus atau formula SUM. Contoh dapat dilihat pada tabel no 3 jumlahnya 40000 dan harganya dalah 500.000 jadi bila kita tuliskan dalam bentuk rumus adalah =SUM(E3:F3). Perlu diperhatikan bahwa setiap penulisan rumus atau formula pada excel harus didahului dengan karaktek “ = “ .


Pada gambar tabel data diatas adalah salah satu contoh dari penggunaan logika “IF” .Logika IF digunakan untuk menentukan nilai kebenaran dari suatu data dimana tiap data tersebut akan memiliki nilai keterangan yang berbeda-beda. Contohnya dapat dilihat pada baris 26, pada formula bar terdapat rumus  =IF(D26<=5,"bururk",IF(D26<=7,"cukup",IF(D26<9,"Bagus","istimewa"))) , Maksud dari rumus tersebut adalah kriteria ditentukan oleh nilainya tersebut  D26<=5,"bururk", memiliki arti jika sebuah data pada baris 26 nilainya lebih kecil atau sama dengan 5 maka kriterianya adalah “buruk” begitu pula dengan baris lainnya.

Selanjutnya pada table diatas adalah contoh dari pengerjaan metode VLOOKUP. VLOOKUP adalah referensi bantuan pada Microsoft excel untuk menghitung atau mengisi data field yang kosong secara vertical. Pada baris 40 merupakan data sumber yang nantinya dijadikan sebagai referensi data kemudian data tersebut akan diisikan dengan metode vlookup pada table baris 49 kolom L. Rumus atau formula yang digunakan adalah =VLOOKUP(K49,$G$42:$I$44,2) maksud dari rumus tersebut adalah K49 merupakan target atau field yang akan diisi, $G$adalah kolom dari data sumber digunakannya tanda dolar karena data bernilai absolute, kemudian 42 adalah baris daripada data sumber, $I$ adalah kolom dari pada data sumber yaitu HARGA.
Chart dalam Microsoft excel adalah metode membuat suatu data menjadi bentuk visual. Cara membuat chart pada excel sangat mudah, yang pertama dilakukan adalah membuat table data terlebih dahulu. Kemudian blok table data tersebut lalu pilih menu insert, kemudian pilih chart beserta tipe chart yang akan digunakan disini saya menggunakan tipe chart berupa tabung bar.

Senin, 07 Maret 2011

Membuat Mail Merge


Untuk membuat mail merge langkah pertama pilih menu mailings --> Start Mail Merge --> Step by Step Mail Merge.
 Gambar 1 : Wizard untuk membuat mail merge

Kemudian akan nampak halaman document seperti di bawah, pilih type document yg akan digunakan, setelah memilih klik link next :starting document yg berada di pojok kanan.
Gambar 2 : Memilih type document

Karena sebelumnya document sudah terbuka maka pilihlah use the current document
klik Next untuk langkah ketiga yaitu memilih penerima surat.
 Gambar 3 : Memilih menu use the current document

 Untuk memilih penerima surat Word menyediakan 3 pilihan jika sudah memiliki list penerima surat maka pilihlah Use an existing list atau jika list penerima terletak di outlook contacts maka pilihlah Select from outlook contacts, namun karena disini kita belum ada list penerima sebelumnya maka pilihlah Type a new list dan klik Create.
 Gambar 4 : Membuat list penerima baru

Maka akan muncul halaman seperti dibawah ini. Kemudian sesuaikan field yang akan  digunakan dengan menekan tombol Customize Columns
Gambar 5 : Customisasi kolom field

 Hapus semua field-field yang  berada di menu field names kecuali field Title karena nanti kita akan gunakan field tersebut.
 Gambar 6 : List kolom field

Tambahkan field Nama, Perusahaan, Alamat dan Kota dengan menekan tombol add kemudian ketik nama field lalu tekan tombol OK. 
 Gambar 7 : Menambahkan field baru

Masukkan data sesuai dengan field yang tersedia. Kemudian klik tombol Ok untuk menyimpan Address List ini kedalam format Microsoft office Addres List dan beri nama yang sesuai lalu klik tombol Save.
 Gambar 8 : Mengisi data pada field

 Gambar 9 : Menyimpan data pada field

Pada kotak dialog mail merge recipients akan muncul list penerima undangan yg dibuat, klik tombol OK.
Gambar 10 : List penerima undangan

 Klik next, untuk langkah selanjutnya yaitu menulis surat dengan menambahkan field yang dibuat sebelumnya.
 Gambar 10 : Memilih menu use an existing list

Pada langkah ini sebelumnya tempatkan cursor dibawah kalimat Kepada Yth, kemudian klik menu more items, maka akan muncul kotak dialog Insert Merge Field lalu insert kan Tiap-tiap field tersebut ke dalam dokumen dengan menekan tombol insert.
 Gambar 11 : Memasukkan merge field ke dalam document

Langkah ke empat kemudian klik next, untuk melihat semua surat yang telah tersusun dengan field data.
 Gambar 12 : Susunan field yang di masukkan ke document

 Silahkan cek surat undangan kita di menu following, setelah selesai klik next untuk melanjutkan langkah selanjutnya.
 Gambar 13 : Tampilan  field yang berubah ke document

Pada langkah terakhir kita dapat mencetak atau mengedit surat undangan sesuai yg kita inginkan.
 Gambar 14 : Undangan siap cetak

Selasa, 01 Maret 2011

HAKEKAT CINTA DAN KASIH SAYANG

Cinta , suatu tema abadi yang tidak lekang oleh panas, dan lapuk oleh hujan.......... Cinta menghadirkan inpirasi bagi para filosof, sastrawan, seniman, komponis, untuk menciptakan karya-karya kreatif, bahkan beberapa karya kreatif mereka itu menjadi Mahakarya dan menjadi karya abadi. Cinta memang aneh, kalau sudah dimabuk cinta, ...... maka sang pencinta rela mati untuk yang dicintai,.... rela mengorbankan apa saja demi yang dicintai,..... rela melakukan perbuatan-perbuatan diluar batas nalar, dan seringkali manusia pencinta bisa melakukan dan menelorkan kreatifitas diluar batas...... semata-mata untuk yang dicinta. Cinta itu buta, cinta itu kalau sudah melekat ....... tai kucing terasa coklat, kata Gombloh almarhum...... cinta itu ego yang membunuh diri sendiri dan rela hancur lebur asalkan yang dicintai bisa tersenyum. Cinta pada anak....... ketika kecil disayang, dilindungi , .... ketika dewasa meninggalkan kita untuk mengarungi hidupnya sendiri dan akhirnya mereka mati................. Cinta pada istri sang kekasih hati,...... ketika masih pacaran .... seolah-olah dunia hanya milik kita berdua...... penuh gairah, penuh sensasi..... penuh gejolak yang menggelegak.... ketika tua menjadi sering bertengkar karena persoalan-persoalan sepele..... yang semula sang cantik segar berkulit halus, menjadi keriput, yang semula sexy dan menyegarkan menjadi gemuk penuh timbunan lemak..... suka ngatur dan perintah-perintah tiada henti bagai bom Israel di jalur Gaza..... dan akhirnya sang isteri yang dicintai setengah matipun mati........... Cinta pada pangkat dan jabatan......., agar gampang, contohnya adalah perjalanan karir seorang militer..... muda cerdas masuk Akabri, lulus berpangkat letnan dua, karena prestasi bagus dan dekat dengan atasan, promosi lancar.... pangkat melesat dan jabatan strategis selalu didapat, mulai kapten , kolonel, ..... Jendral bintang satu, dua tiga, empat..... bahkan bintang lima....... ternyata mati juga karena gerogotan penyakit....... sang Jendralpun juga mati. Cinta pada ilmu................., sejak kecil selalu ranking disekolah, mencintai ilmu melebihi segalanya, rela bekerja keras mengorbankan waktu bermain-main, rela berkaca mata tebal minus delapan , rela mengorbankan waktu remaja yang ceria dan suka hura-hura, dia tekun........ masuk perguruan tinggi ternama...... lulus Summa Cumlaude, ... melanjutkan sekolah ke manca negara, di perguruan tinggi terkenal dunia........, menjadi imuwan yang berwibawa ......... jadi Professor.............. pensiun, pikun............ dan mati pula dia....... Cinta diri sediri....., pada dasarnya manusia hanya mencintai diri sendiri, dan diri sendirilah yang menjadi subyek, orang lain masyarakat adalah obyek untuk memenuhi kecintaan pada diri itu........., ketika muda gagah perkasa, atau cantik jelita, sehingga membuat patah hati sang perjaka atau sang perawan dengan jumlah berjuta-juta...... , dewasa , menjadi matang dengan suara lantang penuh wibawa, ..... bertubuh kekar penuh otot bak olahragawan Binaraga, ... berjalan dengan gagah,.... berkarir cemerlang........., ketika sang usia tua telah datang menjelang,..... sigagah menjadi loyo dan lamban, si suara lantang menjadi gemetar ketika bicara, si gagah menjadi terbungkuk-bungkuk dan tertatih-tatih ketika berjalan............. , tua .... sendiri karena telah ditinggal anak dan istri, ditinggal kerabat dan sahabat .... dan selanjutnya......lalu mati................. Ternyata cinta anak, cinta istri atau suami, cinta pangkat atau jabatan, ........... cinta diri, cinta dunia,...... cinta, cinta , cinta.............. semuanya semu dan menipu dan semuanya akan mati. Ternyata mencintai yang abadi, mencintai hakekat sejati, mencintai Sang Maha Pencinta..........., adalah hakekat cinta............., hancur, luluh bersimpuh dan sujud menyatu dan menyerah secara total pada sang maha pencinta... adalah cinta sejati..................., bagi sang pencinta mencintai Sang Maha adalah segalanya ........., Isa dalam salah satu khotbahnya mengatakan " Cintailah Tuhan melebihi segala sesuatu dan cintailah sesamamu seperti mecintai dirimu sendiri "............. bahkan Allah sendiri bilang " Rahman Rahimku melebihi murkaku"..............., sehingga sang muslim kalau akan memulai segala sesuatu mengucapkan Bismillahirohmaanirrohiimi............ yang saya artikan bersama Allah menyebarkan kasih dan sayang............................, cinta dan penyerahan diri secra total kepada Allah yang Maha Awal dan Maha Akhir adalah .... wujud hakekat cinta......................., Ya Allah jangan pernah kau tutup pintu kasih sayangmu agar aku bisa mencintaimu.............., sekarang, selalu dan selamanya.

Narasi Sastra Religius

Hamdy Salad http://www.sastra-indonesia.com/ Segala sastra, baik puisi maupun prosa, tak pernah lahir dari ruang hampa. Selalu saja tersirat di dalamnya jejak-jejak kehidupan manusia. Jejak-jejak yang dapat dibaca secara estetis melalui kenyataan psiko-individual, sosio-kultural, dan religio-spiritual. Itu sebabnya dalam dinamika sejarahnya sampai kini, banyak definisi dan istilah sastra yang berkembang di tengah masyarakat, termasuk di dalamnya apa yang sering disebut dengan – sastra religius. Sebagai salah satu di antara istilah populer dalam perekembangan sejarahnya, bahasan mengenai sastra relegius telah menjadi perdebatan dari masa ke masa. Bahkan telah dianggap sebagai genre (aliran) tersendiri dalam ranah kesusastraan. Sehingga lahir pula istilah-istilah lain yang berdekatan denganya. Seperti sastra mistik, sastra holistik, sastra transenden, sastra filsafat, sastra pencerahan, sastra terlibat dunia dalam, dan lain sebagainya. Di tengah laju globalisasi terkini, keberadaan wacana maupun karya sastra relegius terasa penting untuk diaktualisasi. Hal ini diperlukan bukan saja karena dunia sastra membutuhkan keseimbangan, tapi juga disebabkan oleh melubernya praktik-praktik budaya yang semakin jauh dari nilai moral dan keagamaan. Sehingga logika-logika metafisikal yang menjadi bagian utama dari tanda kesempurnaan manusia dalam kehidupan sehari-hari, kian melenyap dan terlupakan. Oleh karenanya, apapun bentuk dan jenis karya sastra yang terlahir atau dilahirkan dalam ranah religius, memiliki keniscayaan kultural untuk membebabaskan kawasan jiwa manusia dari kemiskinan spiritual. Dengan begitu, keberadaan sastra religius masih berdaya untuk diberi narasi dan dipetik hikmahnya sebagai pelecut kesadaran iman. Sebagai refleksi estetis bagi manusia untuk membangun kembali aspek-aspek relegius, transendensi dan spiritualitas yang tercecer di sekitar lingkungan individu, keluarga, masyarakat dan bangsa. Sekaligus mencuatkan makna apresiasi sastra religius yang lebih lengkap, lebih hidup, lebih indah dan mempesona, dari sekadar media untuk menebarkan doktrin-doktrin agama itu sendiri. Ekspresi dan Kreativitas Setiap karya sastra yang memiliki kecenderungan simbolik untuk mendekati manifestasi ide-ide ke-Tuhan-an, baik dalam ranah kehidupan individual maupun sosial, dapat dikategori sebagai - sastra religius. Dengan kata lain, bentuk-bentuk sastra relegius mengandungi ekspresi estetis yang merujuk pada pengalaman dan penghayatan terhadap eksitensi Tuhan dalam kehidupan manusia. Unsur-unsur tematik sastra yang bermuara pada hal-hal yang bersifat metafisik, doa, pujian, permenungan diri, hari kebangkitan, surga dan neraka, atau tema-tema lain yang berkisar pada esensi kepercayaan, merupakan bagian dari dimensi keutamanya. Oleh karena itu, percakapan sastra relegius tidak sepenuhnya dapat dinisbahkan dengan tradisi dan budaya, suku maupun agama tertentu. Namun demikian, kecenderungan ekspresi sastra relegius secara lebih spesifik dapat dipahami bukan saja sebagai media untuk menghayati eksistensi Tuhan, tapi juga dapat dimaknai sebagai kreativitas estetis untuk mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran agama. Bentuk-bentuk karya sastra relegius yang mengekspresikan ide-ide ke-Tuhan-an, nilai dan ajaran agama tertentu, sering disebut dengan - unsur-unsur relegiusitas dalam karya sastra, sastra bernafaskan agama, atau sastra keagamaan. Pertumbuhan sastra keagamaan, terutama dalam khazanah budaya Melayu-Indonesia, banyak didominasi teks-teks sastra yang bersumber pada nilai dan ajaran agama Islam. Sehingga munculah ragam istilah yang kemudian dikenal dengan; sastra relegius Islam, sastra bernafaskan Islam, atau sastra bertema ke-Islaman. Dan dalam tulisan ini lebih sepakat untuk menyebutnya sebagai - Sastra Islam. Penyebutan Sastra Islam, memiliki kecenderungan untuk memasuki wilayah-wilayah estetis maupun teologis yang membias dalam teks sastra maupun proses-proses kreatif yang ditempuh oleh pengarangnya. Secara estetis, sastra Islam memiliki arahan untuk memusatkan maknanya (bentuk dan isinya) yang merujuk pada substansi nilai-nilai keislaman yang bersumber pada al-quran, maupun tradisi dan pengetahuan yang lahir dari penafsiran terhadapnya. Melalui unsur definitif tersebut, kemungkinan Sastra Islam memiliki konsepsi yang lebih mendasar, yang dapat diturunkan dan diuji melalui ruang ekspresi maupun proses-proses kreasi yang membias dalam karya sastra. Sehingga dapat ditemukan gagasan-gagasan utama yang dapat dikembangkan sebagai landasan teoritik dalam proses penciptaan maupun pembacaan. Bahkan dapat juga digunakan untuk mencari dan menemukan perbandingan-perbandinganya dengan wacana kesusastraan di luar dirinya. Dari Profetik ke Sufistik Dalam khazanah sastra Indonesia , terutama pada periode klasik, gagasan-gagasan sastra Islam telah lahir dan berkembang bersamaan dengan masuknya pengaruh agama ini ke dalam berbagai wilayah tradisi dan budaya Nusantara. Keberadaan Sastra Melayu (syair, pantun, gurindam), Sastra Jawa (babad, serat, suluk), dan Sastra Pesantren (sastra kitab, singiran, nadhoman) setidaknya dapat direpresentasi sebagai awal dari kelahiran gagasan sastra Islam di Nusantara. Dan ketika sastra Indonesia modern lahir, tumbuh juga di dalamnya gagasan-gagasan Sastra Islam Indonesia Modern dengan berbagai polemik yang menyertainya. Gagasan-gagasan Sastra Islam Indonesia Modern, secara tidak langsung telah muncul ke permukan sejak tahun 60-70 an. Gagasan-gagasan itu lahir bukan saja dalam bentuk karya, tetapi juga dalam bentuk wacana. Dalam bentuk karya, gagasan termaksud tersebar melalui teks-teks sastra yang dihasilkan oleh sejumlah sastrawan muslim dari berbagai periode angkatan sastra Indonesia sampai terkini. Dalam bentuk wacana, gagasan Sastra Islam Indonesia Modern telah memunculkan ragam istilah yang berbeda, namun memiliki arah dan tujuan yang hampir sama. Beberapa di antaranya ialah; sastra Islami, sastra ibadah, sastra dakwah, sastra dzikir, sastra kaffah, sastra sajadah, sastra qurani, dan lain sebagainya. Istilah-istilah tersebut digunakan oleh para pendukungnya sebagai usaha untuk menjelaskan keberadaan dan kemungkinan-kemungkinan Sastra Islam dalam proses kreatif maupun ekspresi estetiknya. Selain itu, ada dua istilah lagi yang sangat berpengaruh, dan dikembangkan secara paragdimatik oleh penggagasnya sebagai wacana utama dalam dinamika sastra Islam Indonesia modern, yaitu Sastra Profetik dan Sastra Sufistik. Sebagai istilah, terminologi profetik diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh Roger Garaudy (filosof Ateis Perancis menjadi muslim) melalui kajian filsafat. Menurutnya, filsafat Barat telah membunuh “Tuhan dan manusia” dalam kebudayaannya, dan karena itu diperlukan adanya pencerahan baru yang mengajak manusia dan komunitas-komunitas agama maupun kebudayaan untuk mengenali kembali filsafat kenabian, serta berusaha mengaktualisasikannya melalui dimensi sosial dan budaya, seni dan kesusastraan. Gagasan-gagasan profetik dalam ranah seni, dikembangkan lebih jauh oleh Al-Faruqi dan Husein Nasr. Sedangkan dalam ranah sastra telah dieksplor secara kreatif dan mendalam oleh Rumi, Iqbal, Nizar Kabbani, Kasim Ahmad, Emha Ainun Najib, dan lain sebagainya. Di Indonesia, gagasan budaya profetik dipopulerkan oleh Kuntowijoyo (pada awal 1980-an) ke dalam kajian ilmu sosial, dan kesusastraan. Sehingga di kemudian hari, lahirlah paradigma baru yang disebut – Ilmu Sosial Profetik, dan Sastra Profetik. Gagasan profetik Kunto lebih lanjut dapat dipahami sebagai proses-proses kebudayaan yang mendasarkan aktivitasnya pada tiga dimensi pokok yang merujuk pada wahyu suci al-Islam (Qs. 3: 110), yakni amar makruf (humanisasi), nahi munkar (liberasi) dan tukminu billah (transendensi). Dimensi pertama, memiliki muatan untuk memanusiakan manusia sesuai dengan peran budaya yang dimiliki. Yang kedua, mengandungi perjuangan untuk membebaskan manusia dari penindasan dan perbudakan sistem budaya yang sedang berlangsung. Yang ketiga, mencakupi perlawanan kreatif yang bersifat relegius dan spiritual terhadap ideologi-ideologi budaya sekuler. Bentuk-bentuk ekspresi sastra profetik dapat diapresiasi melalui unsur-unsur estetik, kode dan simbol, kisah dan peristiwa, tokoh dan karakter, narasi dan dialog, yang tersirat maupun tersurat dalam teks sastra. Apapun bentuk dan jenis karya sastra, yang mengandungi muatan ketiga dimensi tersebut, dapat dikategori ke dalam kecenderungan ekspresi sastra profetik. Sedangkan karya-karya sastra yang hanya mengandungi salah satu di antaranya, atau didominasi oleh satu demensi saja, tidak termasuk dalam kategori tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya (pada akhir 1980-an), wacana sastra profetik dielaborasi secara spasial oleh Abdul Hadi WM ke dalam terminologi baru yang disebutnya – Sastra Sufistik. Namun demikian, istilah “sufistik” telah digunakan dalam kajian filsafat klasik oleh E.H. Palmer (1867), R.A. Nicholson (1914) dan Muhammad Abdul Quasem (1976), serta sebutan lain yang berdekatan dan dipakai oleh Braginsky (1993) dengan istilah “tasawuf puitik”. Dari kandungan semua istilah termaksud, dengan aras yang berbeda, kemudian digunakan Abdul Hadi untuk mengidentifikasi berbagai kecenderungan estetik sastra Islam, khususnya di Indonesia . Dan sejak itu, wacana sastra sufistik telah mengada, dan menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah sastra Indonesia. Berbeda dengan sastra profetik yang mensyaratkan adanya dimensi humanisasi, liberasi, dan transendensi, konsepsi sastra sufistik lebih memusatkan penalarannya pada unsur estetik yang bersifat transenden. Nilai-nilai transendensi dapat diidentifikasi melaui ekspresi spiritual (ruhaniyah), baik dalam konteks teologis (hablumminallah) maupun kultural (hablumminnas) yang terkandung dalam teks sastra. Dengan sendirinya, kecenderungan sastra sufistik tidak semata dibatasi oleh masalah -masalah ke-Tuhan-an, tetapi juga memiliki kemungkinan tematik yang digali, dan diangkat dari realitas kehidupan manusia. Makna profetik menekankan pada aspek-aspek perlawanan dan pemberontakan terhadap realitas budaya melalui ruang sosial (peran manusia sebagai khalifah), sedangkan sastra sufistik memiliki kecenderungan untuk menghayati dan merenungkan realitas budaya ke dalam ruang individual (peran manusia sebagai abdillah). Karena itu pula, konsepsi sastra sufistik memiliki jaringan tekstualitas secara langsung maupun tidak langsung dengan disiplin tasawuf, tarekat, dan ragam ekspresi estetik kaum sufi. Akan tetapi, tidak semua sastrawan yang menghasilkan karya sastra sufistik dapat digolongkan sebagai kaum sufi. Begitupun sebaliknya, tidak semua kaum sufi dapat melahirkan karya sastra, atau disebut sebagai sastrawan. Dengan demikian, narasi sastra dalam ranah relegiusitas maupun keagamaan, tidaklah bersifat tunggal dan seragam. Tapi memiliki perspektif wacana dan ragam estetika yang berakar pada realitas sosial, tradisi dan kebudayaan di sekitar kehidupan pengarangnya. Sebab ekspresi relegiusitas dalam karya sastra, khususnya Sastra Islam, bukanlah sekadar media untuk menyampaikan, merenungi atau mengkritisi ajaran agama, tetapi juga dapat digeledah sebagai bagian dari sejarah dan perkembangan, perubahan dan pergeseran wacana dalam dunia sastra itu sendiri. **) Pernah dimuat di Jurnal Kebudayaan The Sandour, edisi III, 2008, PuJa.

WASPADA TERHADAP EKSPANSI BUDAYA GLOBAL;

Menjamurnya acara reality show seperti ajang pencarian bakat atau idola baru ditayangan televise kita saat ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sekarang ini telah terjangkiti wabah konsumerisme dan budaya-budaya popular. Hampir – hampir tak ada satu stasiun televise pun yang tidak menampilkan acara-acara pencarian idola baru seperti Indonesian Idol, AFI, KDI dll, bahkan utnuk mencari da’I saja diperlukan popularitas yang dipresentasikan melalui jumlah poling SMS pada setiap penanpilannya. Terlepas dari hal-hal positif yang didapat seperti persaingan antar kontestan, namun secara tidak sadar kita sebenarnya telah terjebak pada budaya-budaya popular dan konsumerisme yang akut.

Infotaiment yang hampir setiap jam silih berganti penayangannya di stasiun TV juga menjadi sarana pendidikan yang jitu bagi berkembangnya budaya konsumerisme dan popular di negeri ini. Kehidupan pribadi selebritis di ekspose tanpa batas, gemerlap dan vulgarnya kehidupan public figure seakan menjadi ekstasi bagi masyarakat, menjadi referensi bagi penganut ideology konsumerisme dan budaya popular ini. konsumerisme dan budaya popular sesungguhnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ideology kapitalisme yang banyak mempengaruhi kehidupan social masyarakat di dunia. Budaya ini diciptakan sebagai bagian dari logika pasar dan komoditi. Hasrat masyarakat dijadikan komoditi pasar yang menguntungkan bagi pihak-pihak tertentu. Tentu saja keberadaan Kedua ideology ini akan mengancam tatanan nilai dan identitas yang telah dianut oleh masyarakat selama ini, terutama budaya hidup sederhana dan bersahaja.

kelompok yang terjebak didalam perangkat ideology konsumerisme akan mengembangkan logika komoditi dan gaya hidup dalam kehidupannya. Mereka terperangkap dalam berbagai konstruksi tanda, citra, dan symbol dengan berbagai pesona, dan daya tarik yang ditawarkan. Sedangkan perangkap ideology budaya popular akan berorientasi pada logika yang bersifat umum, selera massa atau orang kebanyakan dan motivasi hiburan serta semata-mata untuk kesenagan. Relasi yang dikembangkan dalam budaya popular inipun tak lebih seperti relasi antara bintang (star) dengan penggemarnya (fans). Yang mana penggemar akan meniru atau melakukan imitasi terhadap apa yang telah dilakukan oleh sang bintang, sehingga membuat sang penggemar tidak kreatif dalam mengadopsi apa yang ada.

Secara tidak sadar kebudayaan yang dikuasai oleh ideology baru seperti ini menggiring masyarakat sebagai masyarakat yang diam “silent majority”, yaitu masyarakat yang tidak kreatif`dan dikendalikan oleh sekelompok kepentingan tertentu (industri, kapitalis), termasuklah pengendalian tersebut terhadap identitas asli mereka sehingga identitas tersebut tidak muncul atau terhambat perkembangannya. Seperti virus bahasa gaul yang saat ini tengah menginfeksi remaja diperkotaan bahkan telah menjalar hingga ke pinggiran kota, bahasa gaul tersebut telah mengalahkan bahasa daerah yang biasa disebut dengan bahasa ibu mereka. Mempergunakan bahasa dengan budaya daerahnya dianggap ketinggalan zaman, tidak modern, bahkan sebagian remaja malu bila harus mempertahankan bahasa maupun budaya daerah dalam pergaulan sehari-hari. Tentunya hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja jika tidak menginginkan budaya-budaya daerah akan kalah pamor dengan budaya popular dan budaya konsumerise ini.

Konsumerisme

Hakekat dari budaya konsumerisme adalah memuat seluruh kegiatan konsumsi dengan makna-makna simbolik tertentu (prestise, status dan klas) dengan pola dan tempo pengaturan tertentu. Yaitu sebuah budaya konsumsi yang ditopang oleh proses penciptaan perbedaan secara terus menerus lewat penggunaan objek-objek komoditi, sebuah budaya belanja yang didorong oleh logika hasrat (desire) dan keinginan (want) ketimbang logika kebutuhan (need). Dengan kata lain menjadikan komoditi (barang) sebagai objek untuk menentukan ukuran kebahagiaan, status ekonomi hidup seseorang.

Tentunya hal ini akan menciptakan “ketidakpuasan abadi” terhadap apa yang ada seperti penampilan, fungsi dan penampakan citra dari objek komoditi tersebut. Dengan menciptakan kebutuhan yang bukan esensial melainkan artificial. Mesin kapitalisme ini memainkan fungsinya secara terus menerus mengekploitasi atau menciptakan berbagai bentuk keinginan-keinginan baru sekaligus ketidakpuasan-ketidakpuasan baru. Masyarakat sengaja dikondisikan untuk menginginkan sesuatu yang tidak menjadi kebutuhannya ataupun sesuatu yang tidak mendasar pemenuhannya.

Budaya konsumerisme dan masyarakat konsumtif tidak dapat dipisahkan dari wacana-wacana kapitalisme global, wacana ini dibangun atas kondisi persaingan yang tinggi antar perusahaan maupun produsen, persaingan ketat dalam masyarakat konsumtif sehingga membuat komoditi sebagai cara untuk menciptakan perbedaan antar individu. Kita akan merasa hebat dan berkelas jika merk atau tipe handphone yang dipergunakan berbeda bahkan diatas tipe/merk handphone orang lain disekitar atau mobil yang dipergunakan keluaran terbaru bahkan para wanita akan merasa menarik jika mempergunakan jenis baju-baju tertentu seperti tanktop atau you can see.

Terlihat disini dunia yang dibentuk dari budaya konsumerisme berdasarkan nilai-nilai keterpesonaan saja, menafikkan esensi dari sebuah komoditi tersebut. Yang dijadikan konstruksi pada masyarakat konsumtif adalah daya pesona terhadap pencitraan dan penampakan, tanpa memperdulikan nilai-nilai esensinya terutama nilai-nilai transendennya seperti nilai-nilai spiritualitas. Masyarakat seperti ini dapat kita sebut sebagai masyarakat tontonan yang selalu dituntut untuk mempertontonkan penampilan dan penampakan diri secara narsistik kepada orang lain.

Budaya popular

Perkembangan industrialisasi, kapitalisme dan konsumerisme merupakan factor dominan dari penciptaan budaya popular (popular culture). Berkembangnya industrialisasi di eropa lewat peran kapitalisme dalam memproduksi benda kebudayaan sebagai komoditas dapat dengan serta merta mempengaruhi budaya popular tersebut yang biasa disingkat dengan budaya pop. Dalam hal ini budaya pop dikaitkan budaya massa, yaitu budaya yang diproduyksi untuk massa dalam jumlah banyak dan luas, mengikuti pola produksi massa.

Menurut Thodor Adorno seorang pemikir Frankfurt School, dalam bukunya the culture industri, ia membagi budaya menjadi 2 bagian yaitu high culture dan low culture. High culture atau budaya kelas tinggi yaitu budaya yang mempunyai standart (kualitas, selera dan estetika) yang tinggi, diciptakan dari kemampuan berkreatifitas dan daya inovasi tinggi sehingga menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Sedangkan low culture kebalikan dari high culture tersebut, mengandalkan pada teknik reproduksi, pengulangan dan imitasi dari apa yang ada sebelumnya.

Untuk budaya pop Theodor memasukkannya dalam kategori budaya rendah(low culture). Popular dalam konteks budaya ini dapat menunjukkan bahwa budaya yang diproduksi tersebut untuk orang kebanyakan dengan standart estetika atau selera rendah dan pasaran. Budaya pop menunjukkan pada budaya yang standar rata-rata dan selera orang biasa, diproduksi secara massal.

Budaya pop didiciptakan dari imajinasi popular yaitu imajinasi dan fantasi yang dibangun secara sadar oleh orang atau sekelompok orang tertentu untuk membedakan mereka dengan orang lain. Motif utama dalam hal ini adalah keuntungan (profit). Imajinasi pop merupakan bentuk imajinasi yang dicirikan oleh sifat dasar, rendah dan umum. Termasuklah dalam imajinasi poular ini adalah komunikasi, cara berfikir, ritual, symbol dan seni.

1. Cara berfikir (popular thinking) yaitu cara berfikir yang dipengaruhi oleh budaya pop, berfikir praktis hanya mengedepankan selera massa dengan sifat dangkal tidak subtantif.

2. Komunikasi popular, dicirikan oleh sifat-sifat permukaan tidak menyentuh isi, lebih menjurus pada hiburan ketimbang pendidikan, menawarkan rasa kesenagan daripada pengetahuan. Dewasa ini komunikasi pop seperti ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari ambil saja contohnya da’wah keagamaan, disini banyak menawarkan penanpilan popular seperti unsure komedi, lawakan, musik dll. Da’I tak ubahnya seperti selebritis dihadapan penggemarnya sehingga para penggemar tersebut lebih memilih mengoleksi barang-barang mereka, meniru penampilan mereka seperti model baju, model rambut bukannya mengamalkan dan menjalankan perintah maupun isi dari daekwah yang disampaikan.

3. Ritual popular yakni bermacam ritual keagamaan yang secara massal dilakukan dengan paradigma budaya pop serta mempergunakan logika komoditi. Berbagai metode psikologi digunakan untuk menentukan kelas dan tingkat ekonomi dari ritual yang diikuti, seperti bimbingan agama dengan penentuan klas eksekutif khusus untuk kalangan eksekutif, klas profesioanal untuk kalangan profesioanal, klas umum dst.

4. Symbol popular terjadinya pencampuran kontradiktif antara wacana simbolik tertentu dengan symbol popular, dengan kata lain symbol-simbol popular digunakan dalam wacana tertentu seperti politik, pendidikan, kesehatan dll.

Ideology konsumerisme dan budaya popular tersebut diatas telah menggiring masyarakat kedalam bentuk pendangkalan pemikiran, mengutamakan sifat permukaan serta pencitraan saja. Ideology popular dan konsumerisme mengutamakan citra ketimbang makna, kulit luar dibanding isi, popularitas ketimbang intelektualitas, yang tentunya kan menghambat proses pencerahan kebudayaan dan menghambat perkembangan identitas diri sebab tanpa sadar kita digiring pada penampakan luar yang semu. Tentunya kita tidak ingin bangsa ini kehilangan jati diri akibat ekspansi budaya popular dan konsumerisme ini dan terus menerus terbuai dengan budaya-budaya hasil rekayasa industrialisasi serta kapitisme global ini, tertuma generasi muda sebagai pewaris kebudayaan bangsa. Untuk itulah kewaspadaan terhadap kedua budaya ini menjadi penting bagi kelangsungan budaya bangsa, jika tidak menginginkan budaya lokal tergerus oleh arus globalisasi ini. Waullahualam bissawab…